Tentang Rasa III

Tentang Rasa

“Saat orang yang engkau sayangi ternyata tidak mau menghargaimu, percayalah bahwa suatu hari akan ada seseorang yang akan menghargaimu dengan jauh lebih baik lagi. Karena disitu, engkau akan memulai kebahagiaan untuk dirimu sendiri dan orang yang kamu sayangi. Dan orang yang tidak bisa menghargai suatu hubungan, maka ia akan mendapatkan kehancuran karena ulah yang ia buat sendiri.”

“Aku mengakui bahwa aku merasakan jatuh cinta kepada sebuah aksara, oleh karena itu aku bisa berbicara dengan lantang kepada semesta meskipun hanya melalui rangkaian kata. Dan aku sengaja menceritakan tentang kita kepadanya.”

“Hanya kata singkat yang ingin ku ucapkan, yaitu aku ingin dibuatkan suatu jenis minuman yang manis setiap paginya disertai dengan senyumanmu yang tak kalah manisnya.”

“Seandainya saja setiap orang akan berbalik, apakah engkau bisa sekuat aku dalam menghadapi dunia ini dan bagaimana jika aku yang nantinya berhenti untuk mencintaimu lebih dulu dibandingkan engkau. Apakah engkau akan merasakan sakitnya kehilangan aku sebagaimana aku yang merasa sesak karena kehilangan kamu yang saat ini sudah tidak mencintaiku lagi.”

“Adalah sebuah rindu yang menamparku seperti ini memang membuatku merasakan luka tersendiri, namun aku mulai terbiasa dengan hal ini.”

“Aku memang sengaja memilih untuk bersembunyi di tempat yang teramat sunyi untuk meletakkan hatiku sejenak supaya tak terus disakiti. Karena sakit di dalam hati, lebih menyakitkan dari pada sakit karena apapun.”

“Engkau adalah sebuah alasan tersendiri mengapa aku tetap menunggu di sini tanpa ada engkau di sisiku dan aku sangat bahagia dengan penantianku karena engkau adalah jantung bagiku di setiap waktu.”

“Aku membiarkan retinaku dan retinamu bertemu supaya engkau bisa tahu apa yang terdapat di dalamnya. Dan engkau juga akan tahu apakah itu cinta atau sebuah dusta.”

“Aku tahu persis siapa aku sekarang ini. Aku memang hanya wanita yang menjadi orang ketiga di dalam hubunganmu. Aku tahu benar ini adalah perbuatan yang salah, namun apakah salah jika aku mencintaimu dengan setulus hati walaupun aku hanya berada di balik layar.”

“Percuma juga memiliki rasa peduli apabila akhirnya akan ditiadakan lagi untuk ke banyak kali.”

“Seluruh kebahagiaan yang selama ini terjadi nampaknya hanya semu belaka. Dan engkau adalah fatamorgana yang harusnya segera ku biarkan berlalu karena aku sangat menyadari bahwa aku tidak akan pernah mampu menggapaimu.”

“Bagaimana aku tidak memperoleh yang terbaik, apabila engkau saja tidak lebih baik dari yang sebelumnya.”

“Apa selama ini kehadiranmu memang semu. Sedangkan aku memiliki harapan akan kebahagiaan yang selalu ada dan tak berkesudahan. Dan engkau selalu aku semogakan.”

“Tidak perlu bersusah payah mengubah diri apabila hal itu sama sekali tidak membuatmu merasakan bahagia.”


“Kumpulkanlah benih-benih luka yang telah berserakan dan itu nantinya justru akan menjadi sebuah karya.”

“Jika mencintai adalah takdir, maka aku sangat ingin engkau yang menjadi takdirku. Jika mencintai adalah luka, maka aku rela terluka hanya untuk mencintaimu karena aku percaya bahwa engkaulah yang akan mengobatinya suatu hari nanti.”

“Cinta memang membuat hariku indah. Karena cintaku adalah kamu yang selalu menghiasi hariku dengan canda dan tawa yang tak pernah hilang dari ingatanku. Cinta adalah ketulusan karena kamu tak pernah pamrih bahwa sebagian besar waktumu kau berikan untukku, begitu juga aku yang sangat tidak rela kehilangan waktu untuk bersamamu.”

“Ingin ku ucapkan selamat malam kepadamu yang sedang bahagia karena mendapatkan hadiah terindah hari ini. Dan apakah kau tahu bahwa hanya engkaulah hadiah terindah bagiku dan selamanya akan tetap seperti itu. Jangan pernah meninggalkan bahagiaku.”

“Pagi ini aku membaca kembali puisi yang kita tulis bersama. Dan itu semua menggingatkanku pada rindu yang tak pernah pergi mengusik diri ini. Semoga kita bisa segera bersua dengan penuh cinta dan kebahagiaan bersama.”

“Entah apa yang membuatku begitu mencintai sosok itu. Yang hadir dengan remang-remang cahaya di malam yang penuh bintang. Ya, engkau laksana bintang yang paling cerah menyita beberapa detik waktuku karena memandangmu begitu lama. Dan kini aku baru menyadari bahwa engkaulah cinta itu, yang akan selalu menjadi cinta di setiap masa.”

“Mencintaimu menjadi keinginanku sejak dahulu. Dan aku sangat bahagia karenanya. Tidak hanya mencintai, namun aku mendamba kehidupan bahagia atas cinta itu. Merajut hidup bersama di dalam mahligai yang indah bernama rumah tangga. Karena itu, jangan biarkan aku yang mencintaimu ini mencintai hati yang lain.”

“Menatap indahnya bintang bersamamu, adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidupku. Berbagai nuansa roman yang mewarnai kehidupan ini seolah tanpa arti jika aku tak besamamu barang sedetik. Merindu adalah pilihan kalbuku kala badai menghantam gelora rindu. Maka, jangan pernah meninggalkan namaku karena aku tak akan mampu hidup tanpamu.”

“Samudera menjadi saksi atas janji kebersamaan kita. Membawa rasa ini menuju pulau nan indah dan mempesona. Ombak bernyanyi membawa semua kenangan yang telah kita lalui bersama. Terima kasih telah memberi warna kepada kelamnya hidupku dengan berjuta kebahagiaan yang terasa indah ini.”

“Malam membawaku kembali kepada mimpiku bersamamu yang pernah terbesit beberapa tahun yang lalu. Bahwa di antara kita tidak pernah ada kata saling meninggalkan dan selalu merajut kebersamaan. Walau saat ini kita tengah berjauhan terpisahkan oleh ruang dan jarak, namun dengan mimpi bersama, semua akan baik-baik saja dan tetap menjadi kita dalam kesetiaan juga penantian.”

“Engkau sering bercerita tentang rindu yang selalu menghantui setiap waktu. Bahkan antara aku dan kamu memang sulit untuk melukis rindu. Hanya nyanyian sepi yang menemani aku dan kamu. Namun, damainya hati ini tak akan pernah terbeli sejak aku mengenalmu dan semua tentang kita berdua. Semoga cinta ini abadi dan selalu ada sekalipun badai dan angin kencang menerpa.”

Comments

Popular Posts